Foto : Google |
Jika
berbicara tentang pariwisata pasti kita tidak lepas dari panorama alam, tempat
wisata air, dan rekreasi. Sulawesi Selatan (Sulsel) adalah salah satu dari
provinsi di Indonesia yang memiliki daya tarik wisatawan paling banyak. Karena
sulsel memiliki banyak daerah yang bertaraf internasional dan diakui oleh
banyak orang. Salah satunya Toraja, Tanjung Bira, Bantimurung, Fort Rotterdam
dan masih banyak lagi daerah daerah yang asik untuk dikunjungi dan memilki
nilai budaya yang kuat dengan Sulsel.
Namun,
kali ini saya tidak akan membahas daerah serbuan tourisme ini jika bertandang
ke Sulsel. Dalam kesempatan lomba Visit South Sulawesi ini saya akan mencoba
menceritakan mengenai salah satu warisan orang bugis yang tidak kalah menarik
dari panorama indah seperti Tanjung Bira. Saya akan menceritakan tentang ayam
kebanggaan orang bugis. Dulu, sebelum saya ke Makassar (Maklum saya pendatang
dari Medan) saya mencoba mencari informasi mengenai Unhas dan mendapati logo
Unhas dengan lambang ayam. Sebelum saya tahu cerita mengenai ayam ketawa, saya
sempat berpikir bahwa pasti ayam ini erat kaitannya dengan budaya orang bugis
di Sulsel.
Cerita
ini saya awali ketika saya mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pinrang
sekitar tujuh bulan yang lalu. Awalnya tidak ada niat untuk tahu lebih banyak
tentang ayam ini tapi setelah beberapa hari di lokasi KKN banyak masyarakat
disana yang antusias sekali untuk mengikuti kontes laga ayam ketawa.
Rumah
di salah satu sudut kompleks Kelurahan Tiroang itu
berbeda dengan rumah lainnya yang hening dan sunyi. Di sana gelak tawa
terdengar saling bersahutan. Tawa ceria yang panjang – mirip tawa mendiang mbah
surip – mengubah suasana sepi kompleks menjadi riuh. Gelak tawa itu bukan berasal dari para
pemuda desa yang sedang bersenda gurau. Suara itu berasal dari
ayam ketawa.
Saat itu saya merasa tertarik untuk
mengikutinya dan melihat langsung asal suara tersebut. Ternyata saat itu, Sabtu
(9/7) akan diadakan perlombaan ayam
ketawa yang diikuti hampir 100 ayam yang siap berlaga. Tidak mau ketinggalan
dengan acara tradisional yang satu ini saya pun memilih untuk tetap tinggal dan
melihat pertunjukan ayam kebanggan Sulsel ini.
Kokok ayam yang saling
bersahut-sahutan membuat suasana semakin meriah. Semua ayam dinaikkan diatas
kayu yang sudah ditegakkan. Disanalah ayam jantan ini berdiri tegak dan siap
berkokok. Cara
penjuriannya hampir sama dengan kontes lomba burung perkutut, tapi bedanya
kontes ini tidak memakai kurungan, cuma batang bambu atau kayu yang dipasang
sebagai tempat berdiri Ayam Ketawa ini.
Suara kokok ayam ini memang mirip
dengan suara orang tertawa. Tidak heran, jika ayam ini dinamai ayam ketawa.
Sepintas ayam ini tak ubahnya seperti ayam-ayam lainnya. Keistimewaan ayam-ayam
ini ada pada suara kokoknya. Ia adalah
ayam
endemik dari Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. “Dalam
bahasa Bugis disebut manu gaga. Manu artinya ayam dan gaga berarti tergagap-gagap,” tutur salah seorang warga yang sempat saya wawancarai. Ayam ketawa
ini hanya dipelihara kalangan bangsawan bugis dan kini tergolong satwa langka
yang terancam punah.
Ayam
ketawa termasuk ke dalam salah satu jenis unggas yang dilindungi, sehingga
untuk mendapatkannya lumayan susah. Harga ayam ketawa yang baru berusia dua
minggu bisa dihargai Rp 500 ribu. Sementara harga ayam dewasa yang bisa
berkokok tergantung suara kokoknya, antara Rp 2 juta hingga Rp 10 juta.
Untuk
melestarikannya, digelar pameran ayam ketawa agar masyarakat kian tertarik
membudidayakannya. Banyak orang yang tertarik dengan suara ayam yang unik ini,
bahkan ada yang menyakini, ayam-ayam ketawa ini bisa mendatangkan berkah. Oleh
karena itu, setiap minggu diadakan perlombaan ayam ketawa di kelurahan tiroang.
Saya pun semakin tertarik melihat aksi
para ayam ini. Di
daerah habitat aslinya (Sidrap), terutama di Kecamatan Baranti dan sekitarnya,
Ayam Ketawa atau Manu “Gaga” telah dipelihara oleh masyarakat secara turun
temurun dari generasi ke generasi. Dahulunya Ayam Ketawa hanya dipelihara dan
berkembang biak di lingkungan Kraton Bugis terutama kalangan Bangsawan Bugis
(Andi) yang merupakan simbol status sosial.
Seiring dengan perkembangan zaman dan sejalan dengan
kebijaksanaan yang telah ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Sidrap, lama
kelamaan Ayam Ketawa tersebar dan mulai banyak dipelihara oleh semua lapisan
masyarakat di Sidrap dan sekitarnya bahkan lambat tapi pasti telah menyebar ke
seluruh Wilayah Indonesia walaupun dalam jumlah yang terbatas. Oleh karena itu para pencinta ayam ketawa di
Pinrang pun tak mau ketinggalan untuk melestarikan ayam ini dan menjadikannya
sebagai pertunjukan tradisional.
Setelah beberapa jam
berlalu, ayam ketawa dengan ketawa paling panjang pun telah terpilih. Dengan
bermodalkan ayam, pemiliknya kala itu bisa memboyong kulkas yang menjadi hadiah
utama. Selama hampir 2 bulan melakukan KKN perlombaan ayam ini selalu ada
setiap minggunya dan penggemarnya bukan hanya berasal dari pinrang namun ada
yang dari sidrap dan polewali.
Saya kira pagelaran
ayam ketawa merupakan salah satu pagelaran yang sangat jarang ditemui di
Indonesia. Apalagi ini berasal dari Sulsel.
Hal ini juga mampu menarik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri
untuk bertandang ke Sulawesi Selatan. Pengembangan pariwisata tidak melulu
hanya mengembangkan
daya tarik persona wisata alam/nature lainnya yang tersebar di kabupaten/kota,
seperti wisata sejarah, bahkan lebih spesifik pada wisata gunung, museum,
pesona bahari (marine tourism) dan kuliner. Akan tetapi cobalah
sedikit melirik keunggulan ayam ketawa ini untuk menarik wisatawan ke Sulsel.
Banner Lomba Blog |
Tulisan
ini diikutkan dalam lomba Lomba Blog dengan tema : “Strategi Pengembangan dan Promosi
Wisata Sulawesi Selatan”
9 komentar:
Salute.. memang benar bahwa ayam ketawa ini bisa dijadikan alternatif bagi wisatwan untuk berkunjung ke sulsel
sudut pandang menarik nih penulis coba sajikan ,,,
semoga sukses...
senang bisa berkunjung
senang bisa berkunjung di blog ini...
Berkunjung juga Ke Blog saya ya
ayam ketawa salah satu potensi yang bisa dikembangkan sebagai icon budaya unik khas sulawesi selatan, selamat berlomba..salam sukses selalu kawan :)
semngat bro... yakin minimal dapat juara favorit... idenya itu loh beda dr yg lainnnn
keren tawwa!!!
hit me back hery...
wah potensi yang bagus untuk mengembangkan pariwisata, apalagi kalo ayamnya tidak hanya bisa tertawa tapi juga bisa mendengkur bahkan bercengkrama hehe
@andika : Trimakasih bro... keep blogging..
@Mas adang : terimakasih mas. semoga ini bisa memberi masukan buat dinas pariwisatasulsel..
@mas hariyanto : betul sekali mas..
@Anonim : thanks
@ikbal : makasih ikbal...
Wah.. ternyata sulawesi selatan punya ciri khas ayam ketawa juga yah... selamat berlomba mas....
Posting Komentar