Selasa, 03 April 2012

Melirik Potensi si Ayam "Ketawa"


Foto : Google
Jika berbicara tentang pariwisata pasti kita tidak lepas dari panorama alam, tempat wisata air, dan rekreasi. Sulawesi Selatan (Sulsel) adalah salah satu dari provinsi di Indonesia yang memiliki daya tarik wisatawan paling banyak. Karena sulsel memiliki banyak daerah yang bertaraf internasional dan diakui oleh banyak orang. Salah satunya Toraja, Tanjung Bira, Bantimurung, Fort Rotterdam dan masih banyak lagi daerah daerah yang asik untuk dikunjungi dan memilki nilai budaya yang kuat dengan Sulsel.
Namun, kali ini saya tidak akan membahas daerah serbuan tourisme ini jika bertandang ke Sulsel. Dalam kesempatan lomba Visit South Sulawesi ini saya akan mencoba menceritakan mengenai salah satu warisan orang bugis yang tidak kalah menarik dari panorama indah seperti Tanjung Bira. Saya akan menceritakan tentang ayam kebanggaan orang bugis. Dulu, sebelum saya ke Makassar (Maklum saya pendatang dari Medan) saya mencoba mencari informasi mengenai Unhas dan mendapati logo Unhas dengan lambang ayam. Sebelum saya tahu cerita mengenai ayam ketawa, saya sempat berpikir bahwa pasti ayam ini erat kaitannya dengan budaya orang bugis di Sulsel.
Cerita ini saya awali ketika saya mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pinrang sekitar tujuh bulan yang lalu. Awalnya tidak ada niat untuk tahu lebih banyak tentang ayam ini tapi setelah beberapa hari di lokasi KKN banyak masyarakat disana yang antusias sekali untuk mengikuti kontes laga ayam ketawa.
Rumah di salah satu sudut kompleks Kelurahan Tiroang itu berbeda dengan rumah lainnya yang hening dan sunyi. Di sana gelak tawa terdengar saling bersahutan. Tawa ceria yang panjang – mirip tawa mendiang mbah surip – mengubah suasana sepi kompleks menjadi riuh. Gelak tawa itu bukan berasal dari para pemuda desa yang sedang bersenda gurau. Suara itu berasal dari ayam ketawa.
Saat itu saya merasa tertarik untuk mengikutinya dan melihat langsung asal suara tersebut. Ternyata saat itu, Sabtu (9/7)  akan diadakan perlombaan ayam ketawa yang diikuti hampir 100 ayam yang siap berlaga. Tidak mau ketinggalan dengan acara tradisional yang satu ini saya pun memilih untuk tetap tinggal dan melihat pertunjukan ayam kebanggan Sulsel ini.
Kokok ayam yang saling bersahut-sahutan membuat suasana semakin meriah. Semua ayam dinaikkan diatas kayu yang sudah ditegakkan. Disanalah ayam jantan ini berdiri tegak dan siap berkokok. Cara penjuriannya hampir sama dengan kontes lomba burung perkutut, tapi bedanya kontes ini tidak memakai kurungan, cuma batang bambu atau kayu yang dipasang sebagai tempat berdiri Ayam Ketawa ini.
 Suara kokok ayam ini memang mirip dengan suara orang tertawa. Tidak heran, jika ayam ini dinamai ayam ketawa. Sepintas ayam ini tak ubahnya seperti ayam-ayam lainnya. Keistimewaan ayam-ayam ini ada pada suara kokoknya. Ia adalah ayam endemik dari Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. “Dalam bahasa Bugis disebut manu gaga. Manu artinya ayam dan gaga berarti tergagap-gagap,”  tutur salah seorang warga yang sempat saya wawancarai. Ayam ketawa ini hanya dipelihara kalangan bangsawan bugis dan kini tergolong satwa langka yang terancam punah. Ayam ketawa termasuk ke dalam salah satu jenis unggas yang dilindungi, sehingga untuk mendapatkannya lumayan susah. Harga ayam ketawa yang baru berusia dua minggu bisa dihargai Rp 500 ribu. Sementara harga ayam dewasa yang bisa berkokok tergantung suara kokoknya, antara Rp 2 juta hingga Rp 10 juta.
Untuk melestarikannya, digelar pameran ayam ketawa agar masyarakat kian tertarik membudidayakannya. Banyak orang yang tertarik dengan suara ayam yang unik ini, bahkan ada yang menyakini, ayam-ayam ketawa ini bisa mendatangkan berkah. Oleh karena itu, setiap minggu diadakan perlombaan ayam ketawa di kelurahan tiroang.
 Saya pun semakin tertarik melihat aksi para ayam ini. Di  daerah habitat aslinya (Sidrap), terutama di Kecamatan Baranti dan sekitarnya, Ayam Ketawa atau Manu “Gaga” telah dipelihara oleh masyarakat secara turun temurun dari generasi ke generasi. Dahulunya Ayam Ketawa hanya dipelihara dan berkembang biak di lingkungan Kraton Bugis terutama kalangan Bangsawan Bugis (Andi) yang merupakan simbol status sosial.
 Seiring dengan perkembangan zaman dan sejalan dengan kebijaksanaan yang telah ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Sidrap, lama kelamaan Ayam Ketawa tersebar dan mulai banyak dipelihara oleh semua lapisan masyarakat di Sidrap dan sekitarnya bahkan lambat tapi pasti telah menyebar ke seluruh Wilayah Indonesia walaupun dalam jumlah yang terbatas. Oleh karena itu para pencinta ayam ketawa di Pinrang pun tak mau ketinggalan untuk melestarikan ayam ini dan menjadikannya sebagai pertunjukan tradisional.
 Setelah beberapa jam berlalu, ayam ketawa dengan ketawa paling panjang pun telah terpilih. Dengan bermodalkan ayam, pemiliknya kala itu bisa memboyong kulkas yang menjadi hadiah utama. Selama hampir 2 bulan melakukan KKN perlombaan ayam ini selalu ada setiap minggunya dan penggemarnya bukan hanya berasal dari pinrang namun ada yang dari sidrap dan polewali.
 Saya kira pagelaran ayam ketawa merupakan salah satu pagelaran yang sangat jarang ditemui di Indonesia. Apalagi ini berasal dari Sulsel.  Hal ini juga mampu menarik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri untuk bertandang ke Sulawesi Selatan. Pengembangan pariwisata tidak melulu hanya mengembangkan daya tarik persona wisata alam/nature lainnya yang tersebar di kabupaten/kota, seperti wisata sejarah, bahkan lebih spesifik pada wisata gunung, museum, pesona bahari (marine tourism) dan kuliner. Akan tetapi cobalah sedikit melirik keunggulan ayam ketawa ini untuk menarik wisatawan ke Sulsel.

Banner Lomba Blog
Tulisan ini diikutkan dalam lomba Lomba Blog dengan tema : “Strategi Pengembangan dan Promosi Wisata Sulawesi Selatan”

9 komentar:

Andika Pratama mengatakan...

Salute.. memang benar bahwa ayam ketawa ini bisa dijadikan alternatif bagi wisatwan untuk berkunjung ke sulsel

A&K mengatakan...

sudut pandang menarik nih penulis coba sajikan ,,,

semoga sukses...

senang bisa berkunjung

senang bisa berkunjung di blog ini...
Berkunjung juga Ke Blog saya ya

BlogS of Hariyanto mengatakan...

ayam ketawa salah satu potensi yang bisa dikembangkan sebagai icon budaya unik khas sulawesi selatan, selamat berlomba..salam sukses selalu kawan :)

Anonim mengatakan...

semngat bro... yakin minimal dapat juara favorit... idenya itu loh beda dr yg lainnnn

"MUHAMMAD IQBAL" mengatakan...

keren tawwa!!!
hit me back hery...

ibnu mengatakan...

wah potensi yang bagus untuk mengembangkan pariwisata, apalagi kalo ayamnya tidak hanya bisa tertawa tapi juga bisa mendengkur bahkan bercengkrama hehe

Hery Pasaribu mengatakan...

@andika : Trimakasih bro... keep blogging..

@Mas adang : terimakasih mas. semoga ini bisa memberi masukan buat dinas pariwisatasulsel..

@mas hariyanto : betul sekali mas..

@Anonim : thanks

@ikbal : makasih ikbal...

Mas Tarjo mengatakan...

Wah.. ternyata sulawesi selatan punya ciri khas ayam ketawa juga yah... selamat berlomba mas....

Baba Studio mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...