Kamis, 05 Mei 2011

Perrjalanan Hidupku


Mendengar kalimat “who am I ?“ yang dalam  bahasa Indonesia berarti “ siapa saya ?” yang terlintas di benak saya adalah film Jackie Chan yang berjudul serupa. Film ini berkisah tentang seorang lelaki yang amnesia karena sebuah kecelakaan dan berjuang untuk mencari tahu siapa sebenarnya dirinya. Kisah lelaki ini memiliki kemiripan dengan kisah saya yang sedang berjuang untuk mencari tahu jati diri saya, tapi perbedaannya saya tidak amnesia. Saat ini saya sedang mencari tahu siapa saya sebenarnya, untuk apa saya ada dan akan kemana tujuan hidup saya nantinya. Tidak ada yang tahu pasti jawaban semua pertanyaan tersebut bahkan saya sendiri, saya hanya bisa merencanakan dan berharap. Tetapi sesungguhnya, yang terpenting bukanlah jawaban dari pertanyaan tersebut melainkan bagaimana cara menentukan dan melewati jalan yang benar agar sampai di tujuan yang saya harapkan.
            Ketika kita bertanya pada diri sendiri mengenai siapa diri kita, yang akan terjawab dengan tepat tentu saja hanya yang tampak secara nyata. Contohnya, saya adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di Indonesia dan saya berumur 20 tahun. Kemampuan seseorang untuk mengenali diri sendiri tidak akan seefektif penilaian orang lain. Sebuah pepatah mengatakan “semakin banyak kau berbicara tentang dirimu semakin banyak kau berbohong”.
            Di dalam tulisan ini saya tidak akan menuturkan bagaimana sifat saya atau seperti apa saya sebenarnya. Karena saya tidak ingin tulisan ini menjadi tidak objektif. Biarlah orang lain yang menilai bagaimana diri saya sebenarnya. Saya hanya akan menuliskan tentang siapa saya dalam konteks mata kuliah ini.
Nama saya Hery S. Pasaribu, bulan Juli tahun ini umur saya genap 21 tahun. Saya terlahir dan besar di Sumatera Utara. Saya anak kedua dari empat bersaudara. Lima belas tahun yang lalu saya tinggal di sebuah desa terpencil dari keramaian. Di sana saya memulai pendidikan saya di salah satu SD Inpres yang kala itu masih satu-satunya SD yang ada di kampung saya. Namun ada cerita menarik dari SD saya itu. Ketika saya kelas 6, ada sebuah pertandingan mata pelajaran antar kecamatan. Kebetulan saat itu saya termasuk juara di dalam kelas. Maka saya diutus oleh sekolah untuk mengikuti pelajaran dalam bidang Bahasa Indonesia. Pertandingan itu adalah debut pertamaku dalam hal kompetisi antar sekolah. Namun walaupun sekolah kami adalah sekolah Inpres yang sekarang dipandang sebelah mata, dari enam mata pelajaran yang dipertandingkan, sekolah kami berhasil lolos mewakili kecamatan kami untuk bertanding dengan kecamatan yang yang lain untuk dua mata pelajaran. Saat itu saya sangat senang karena saya termasuk di dalamnya. Tidak hanya perasaan bangga namun hadiah yang didapat juga lumayan.
Tidak hanya bangga dapat mewakili sekolah ditingkat kecamatan, saya juga selalu mendapat juara dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Maka orangtuaku selalu membelikanku hadiah jika saya dapat mempertahankan juara di kelas. Setelah tamat dari SD, orangtuaku tidak mau menyekolahkan saya di kampung. Katanya pengetahuan di kampung itu sangat tidak berkembang. Hampir lupa, kedua orangtua saya adalah seorang guru di SMP yang ada di kampung saya. Mereka berdua adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Karena mereka sudah tahu bagaimana kondisi pendidikan di kampung makanya mereka tidak mau menyekolahkan kami di kampung.
Oleh karena itu saya diberangkatkan ke kota Siantar untuk mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).  Nama sekolahnya adalah SMP katolik St. Fransiskus Assisi. Rasa berontak dalam hati pernah singgah karena di usia yang sangat dini saya harus berpisah dengan kedua orangtua saya. Perasaan sedih untuk meninggalkan kampung halaman juga pernah singgah di dalam diri saya. Namun kedua orangtuaku memilki prinsip bahwa sekolah itu tidak harus senang. Karena beliau sangat memegang erat pepatah “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.  Katanya saya harus memegang prinsip itu sampai seumur hidup.
Saat ibu saya memberikan kabar bahwa saya akan disekolahkan di Siantar, saya sempat berontak. Kataku kalau saya pergi ke Siantar pasti saya akan sangat rindu sama mereka. Kala itu kucoba untuk mendapat dukungan ayah, justru ayah bilang “turuti saja kata ibumu”. Aku tanpa pembela, dengan muka menekur akupun menyetujui keputusan mereka. Jadilah aku sekolah di Siantar.
Semester awal yang kulalui di SMP adalah masa-masa berat. Saya harus beradaptasi dengan kultur, bahasa dan tingkah laku orang medan yang sangat berbeda jauh dengan kampungku. Untunglah sewaktu di kampung saya sudah diajarkan bagimna harus bersikap di kampung orang. Proses adaptasi yang kuajalani juga tidak begitu lama. Di semester berikutnya saya sudah bisa berdaptasi dan mengikuti pelajaran dengan baik.
Di SMP ini ternyata ada pemisahan antara murid yang rangking dan tidak mendapat rangking. Oleh karena itu semua guru-guru memotivasi muridnya supaya belajar giat untuk bisa masuk di kelas orang-orang pintar. Begitu semester dua berakhir, artinya akan ada pemilihan kelas. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena pada saat itu saya mendapat rangking 5. Jadi, otomatis saya masuk kedalam kelas orang-orang pintar. Saat itu ada sebuah pepatah yang sangat cocok untuk saya yaitu “lebih baik kelihatan bodoh diantara orang pintar daripada kelihatan pintar diantara orang-orang bodoh”.
Semester berlalu, saya pun mendapat teman baru di kelas orang-orang pintar tadi. Di kelas itu tantangan untuk mendapat rangking sangat sulit. Orang jenius sangat banyak dan kemampuan otaknya sudah diatas rata-rata. Di pertengahan semester kepala sekolah mengumumkan bahwa akan ada pertandingan “lomba cipta dan baca puisi”. Saat itu saya tertarik untuk ikut dan mencoba membuat sebuat puisi hasil karyaku sendiri. Saya membuat puisi tentang persahabatan. Puisinya dikirim oleh sekolah ke panitia dan ketika pengumuman saya mendapat kesempatan untuk membacakannya di depan juri. Ketika pengumuman dibacakan saya mendapat juara satu. Saya sangat senang sekali.
Sekembalinya saya ke sekolah saya langsung disambut oleh kepala sekolah saya dan setelah itu saya menjadi orang yang diperhitungkan di sekolah kami. Saat itu saya menjadi pengurus majalah dinding sekolah dan sering menulis tentang hal-hal terbaru. Mulai saat itu saya menjadi gemar menulis.
Setelah lulus SMP saya melanjutkan SMA di perguruan yang sama yaitu SMA katolik St. Fransiskus Assisi. Disini banyak kenangan yang kuukir. Mulai dari prestasi organisasi, akademik sampai dengan pacaran. Namun yang akan saya ceritakan adalah prestasi akademik dan organisasi saja.
Dimulai dari prestasi akademik, kelas satu SMA saya sudah dipercaya menjadi ketua kelas. Maka saya cukup dikenal oleh guru-guru di SMA ku. Bukan karena saya menjadi ketua kelas tapai karena saya sering bertanya dan bisa menjawab pertanyaan dari guru saya. Semester pertama di SMA saya berhasil meraih juara 1. Betapa senangnya orangtua ku waktu itu. Saya bisa meringankan beban mereka.
Semester berikutnya saya masih mendapat juara 1. Nilai-nilaiku sudah mulai menurun karena saat itu saya sudah mulai pacaran. Di Kelas dua SMA kami sudah mulai menentukan jurusan, dulu hanya ada dua jurusan yaitu IPA dan IPS. Saya memilih kelas IPA karena nilai-nilai saya lulus seleksi untuk kelas IPA. Saat itu saya sudah aktif di organisasi yaitu OSIS, PASKIBRAS, dan Sanggar Seni.
Pemilihan ketua OSIS di SMA saya dengan cara pemilihan langsung. Jadi semua murid SMA berhak memilih siapa yang pantas untuk memimpin sekolah. Ketika itu saya menjadi calon ketua OSIS. Saya lolos seleksi di penulisan karya Ilmiah. Karya ilmiah yang dibuat harus dipertanggungjawabkan di depan murid SMA. Dan saat itu kita bisa berkampanye. Layaknya pemilihan presiden kami berhak memanggil tim sukses untuk mengampanyekan kandidat. Saat pemilihan berlangsung dan suara dihitung, suara untuk saya mendominasi dan saya pun menjadi wakil ketua OSI.
Akhir kepemimpinanku menjadi wakil ketua OSIS telah berakhir karena saya akan naik ke kelas tiga. Peraturan di sekolah kami bahwa kelas tiga tidak boleh memimpin organisasi. Mereka difokuskan untuk menghadapi Ujian Nasional (UN). Kala itu, saya mulai serius belajar dan mengambil bimbingan belajar di salah satu bimbingan ternama di kota Medan. Waktu yang saya miliki hanyalah belajar. Namun di pertengahan semester, guru bahasa inggris saya memberitahu saya bahwa saya terpilih mewakili sekolah untuk ikut lomba pidato bahasa inggris. Pikiranku pun menjadi terbagi antar ujian nasional dan lomba pidato bahasa inggris. Namun tantangan itu pun saya terima, saya pun mulai membuat susunan pidato dan selalu berlatih di depan cermin untuk kesempurnaan lomba nanti. Pertandingan pun telah dimulai dan saat saya tampil saya langsung merasa gugup, ketika ingin tampil saya langsung membangun kepercayaan diri saya. Alhasil saya mendapat juara dua dan bisa mengharumkan nama sekolah dengan mendapat penghargaan.
Ujian Nasional telah berlalu, saya pun mengambil bimbingan belajar untuk mengikuti seleksi nasional perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Bimbelnya berjalan selama 3 bulan. Namun diawal bimbingan telah ada pengumuman bahwa akan dibuka seleksi Ujian Masuk bersama (UMB) untuk 5 PTN di Indonesia. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya mendaftar dan ikut ujian. Saat pengumuman nama saya ada di koran dan lolos di jurusan Agronomi Universitas Hasanuddin. Kuberitahukan kabar gembira ini kepada orantua saya. Namun ketika mereka tahu bahwa Universitas Hasanuddin ada di Sulawesi mereka tidak memberi lampu hijau. Mereka melarang saya untuk pergi kuliah di Makassar.
Kucoba meyakinkan kedua orangtuaku bahwa saya akan baik-baik saja dan akan meyelesaikan kuliah tepat pada waktunya. Dengan musyawarah keluarga maka mereka memutuskan bahwa saya bisa kuliah di Makassar. Namun, ketika mereka mengiyakan niatku untuk berangkat ke Makassar, saya pun jadi berpikir apakah aku siap untuk berpisah lebih jauh lagi dengan orangtuaku?. Namun pertanyaan itu saya hapuskan dan saya jalani saja perantauan buta ini. Kenapa buta karena saya nekad datang kesini dengan tidak ada keluarga dan kerabat satu orang pun.   
Saat ini saya adalah mahasiswa jurusan Agronomi Pertanian. Ada cerita panjang dibalik pilihan saya untuk masuk di Agronomi. Banyak hal baru yang saya temukan disini mulai dari kultur baru yang saya dapat, teman orang bugis dan dari suku yang berbeda. Sungguh luar biasa. Apalagi saat ini saya sedang aktif di sebuah organisasi menulis di Unhas. Yaitu Penerbitan Kampus (PK) Identitas
 Tujuan saya masuk di PK Identitas adalah karena saya hobby dalam menulis Selain itu saya juga ingin menggali potensi saya yang selama ini belum terasah dengan baik seperti potensi dalam menulis. Tapi sebelumnya saya membuat kesepakatan dengan diri saya, jika suatu saat kegiatan saya di PK Identitas ini mengganggu kegiatan akademik khususnya kuliah saya, maka saya harus meninggalkan kegiatan saya di PK Identitas. Karena pada dasarnya, saya menganggap kegiatan saya di PK Identitas nantinya merupakan penunjang atau tambahan saja. Sekalipun aktifitas di dalam organisasi tidak kalah penting dari  kegiatan akademik, tetapi  saya tidak boleh melupakan tujuan utama saya di Unhas.
Namun saya selalu berupaya agar bagaimana bisa menjadi orang yang bisa menyesuaikan diri. Beberapa di tahun diMakassar saya mendapat teman baru. Dan saya juga bisa beradaptasi di lingkungan kampus maupun tempat di mana saya tinggal. Di perkuliahan saya juga bisa mendapat prestasi yang cukup baik dan membuat orang tua saya bangga. Namun perjuangan saya tidak sampai disitu, saya juga berhasil mendapat beasiswa prestasi sehingga dapat meringankan beban orang tua.
Sekarang saya sudah 3 tahun di Makassar dan memasuki semester 6, saya bercita-cita agar cepat selesai dan membuat orang tua saya bangga dan setelah itu saya akan bekerja agar bisa membalas semua kebaikan dan jasa-jasa orang tua. Dan saat ini juga saya sedang merencanakan apa yang mau saya teliti untuk skripsi saya agar saya juga mempunyai persiapan yang sangat matang dan bisa mengikuti perkuliahan saya dengan baik.
Dengan segala yang saya jalani sekarang, saya berharap 10 tahuin kedepan saya bisa menafkahi keluarga saya sendiri dengan bekerja di sebuah bank dan bisa menabung untuk masa depan keluarga kami.


3 komentar:

Anonim mengatakan...

selamat,,yah D, Z Musfirah,ternyata skr udah jadi penulis handal aplgi masuk jg PK,scra gak sngaja z dapat blogx qmu,,,z ingat2 kyak familiar jg namax t'xta qmu pna jadi praktikanku wktu d'lab kimia dasar,,semester awal gak ya???Hery pasaribu y plg rajuin asistensi,,he he,,,semngat mjalani aktivitas az,,dah kelar lum qulyahx???

Hery Pasaribu mengatakan...

@k'fira : makasih banyak nih kak udah berkunjung... iya benar saya masih ingat betul dengan kakak... waktu itu kakak sering pantul2 laporanku makanya sy serting asistensi..hhe.. sekarang sy masih semester 7 kak n sudah menyusun skripsi. doakan bulan 3 tahun 2012 bisa jadi sarjana peertanian...amin. sukses juga buat kakak..

NIT NOT mengatakan...

numpang baca n blogwalking...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...