Rabu, 22 September 2010

Mamasa Indah itu Rante Pongko’

Gereja toraja Mamasa Rante Pongko'

Pagi itu, Mamasa bagaikan alam mimpi. Suhu dingin, kabut yang masih menyelimuti lembah di sekitar kota, sinar matahari yang menembus kabut tampak lembut sungguh indah. Perjalanan kali ini dilaksanakan oleh Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Pertanian dan fakultas Kehutanan (PMK FAPERTAHUT UNHAS). Acara Bakti social kali ini memilih Mamasa tepatnya di desa Tondo Bakaru dusun rante Pongko’.
Sepanjang perjalanan, saya melihat Mamasa yang cantik dan masih asri. Pemandangan lembah, hutan, gereja, rumah adat, tanaman-tanaman berukuran besar dan unik mendominasi kanan dan kiri jalan. Walau jalan rusak dan rusak parah masih mendominasi, pemandangan indah tersebut masih menawan.
Panitia terFavorit
Mulai dari Mamasa, Balla, Tandukkalua, Sumarorong, Messawa, pemandangan yang tersaji cukup sama. Sungai Mamasa mengalir melewati daerah-daerah ini, sejalan dengan jalur yang kami lalui. Maklum saja, Mamasa adalah wilayah pegunungan. Ketinggian permukaannya rata-rata beberapa ratus meter hingga seribuan di atas permukaan laut. Ini sebabnya Mamasa selalu dingin dan sejuk serta banyak ditemukan pohon kakao di tempat ini.
Buat anda yang mudah mabuk darat, sebaiknya meminum antimo setengah jam sebelum perjalanan agar anda bisa tertidur nyenyak sepanjang perjalanan. Maklum, seperti kisah perjalanan pergi, rute Mamasa – Polewali adalah rute yang berkelok-kelok parah, kondisi jalanan bopeng-bopeng dan parahnya, rawan longsor. Saya sempat bertemu satu buah tanah longsor yang menutupi jalan utama yang kami lalui di wilayah Messawa. Untung, longsoran tersebut telah dibereskan oleh mesin backhoe yang ada di sebelah longsoran tersebut. Kami bisa melanjutkan perjalanan dech, bersama dengan antrian kendaraan lainnya.
penyerahan bibit


Tapi dengan kondisi jalan yang begitu jelek tak membuat semangat kami (Para PMK, red) surut. kami sempat singgah di sumarorong tempat teman kami dian. Namun hanya sebentar saja. Karena deadline untuk acara pembukaan baksos akan dimulai. Saya kira jarak antara sumarorong dan mamasa dekat. Tapi ternyata sangat jauh dan masih menempuh perjalanan sekitar 3 jam dan harus siap mental mengahadapi jalan berkelok yang semakin parah.
Setibanya disana kami langsung mengambil langkah sigap untuk memulai acara karena pemkot setempat telah hadir. Mamasa khususnya di dusun rante pongko adalah penduduk yang 99 % penduduknya beragama Kristen. makanya kami melakukan acara di sebuah gereja toraja mamasa. Dusun ini berada di puncak pegunungan dan harus berjalan sekitar 1 KM untuk mencapai dusun ini.
angkatan 2008
Kegiatan baksos kami telah berjalan lima hari banyak suka duka yang kami alami. Tapi semua itu telah membentuk karakter kami. Dusun rante ponko telah menjadi saksi pengabdian kami kepada Masyarakat. semoga ini bisa bermanfaat dan bisa mengamalkanya.
Mamasa, kamu telah membuat bekas pada kami. Selamanya baksos ini akan menjadi kenangan. Semoga mamasa akan tetap jadi mamasa yang kami jumpai. Semoga juga ada perkembangan daerahnya. Jalanya jangan berlubang lagi.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ok bro,,thanks dah ditulis...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...