Semenjak tahun 2009 saya
menginjakkan kaki di Mamasa untuk mengikuti Bakti Sosial PMK Fapertahut Unhas. Untuk pertama kalinya saya sudah merasa under
estimate untuk kota Mamasa. Sebelum berangkat ke Mamasa yang saya dengar
hanya obrolan dari senior senior dan teman teman yang pernah dan tahu tentang Mamasa
bahwa Mamasa itu katanya sebuah kabupaten baru dan sedang berbenah diri.
Jalanannya jelek dan bergelombang. Waktu itu saya masih mewajarkan hal itu. Dan
perjalananku pun dimulai dan betul bahwa butuh kesabaran super duper untuk bisa sampai di tempat itu.
Salah satu jalanan menuju kekota mamasa yg rusak parah.. |
Waktu itu, jalanan kesana sangat
jelek. Lebih jelek dari jalan kecamatan. Padahal ini adalah jalan sebuah
kabupaten. Letak kota Mamasa memang gunung tapi itu bukanlah alasan untuk tidak
memperbaiki tempat ini. Malino (Salah satu kota Gunung di Sulawesi Selatan)
saja kota pegunungan yang sampai saat ini belum menjadi kabupaten (masih
tergabung dengan kabupaten Gowa) sudah sangat maju dan jalanan sudah mulus
bahkan terlihat seperti puncak Bogor yang di Jawa.
Itu merupakan sedikit kisah yang
menggambarkan kota Mamasa. Jika anda penasaran dengan kota ini silahkan Datang
berkunjung dan rasakan sensasi kota ini. Akhir akhir ini janji akan memperbaiki
jalanan kota ini mulai di gembor-gemborkan para calon bupati. Sayangnya, warga Mamasa
masih saja ada yang terpengaruh dengan
hal ini. Jika di pikir kenapa tidak dari dulu jalanan diperbaiki. Mereka
(para calon bupati) menjadikan jalanan sebagai bahan politik yang akan
menjadikan mereka naik daun.
Sungguh memalukan memang, infra
struktur yang paling vital dijadikan bahan kampanye namun nihil bukti. Taruhlah
contohnya Bupati yang sekarang yang telah mencalonkan diri menjadi bupati lagi.
Semenjak masa jabatanya di periode pertama tidak ada hal yang nampak kelihatan
dari titik terang jalanan yang semakin bagus. Dan sekarang beliau mencalonkan
lagi dan berharap akan dipilih sementara jalanan tak pernah diurus. Saya malah
heran dengan sikap yang diambil bupati sekarang yang acuh tak acuh dengan infra
struktur yang satu ini. Apakah beliau tidak pernah merasakan goncangan hebat
ketika melewati jalanan atau memang sudah ada antipati dengan kondisi
masyarakat?. Apakah pimpinan seperti itu yang diharapkan? Tentu tidak. Saya
sebagai pendatang saja merasa malu dengan keadaan seperti ini.
Jika hanya terus menunggu tender
atau kontrak dari pusat atau kementrian perhubungan, saya kira Mamasa tidak
akan pernah maju dan bahkan lebih terpuruk dari yang sekarang. Salah satu
contoh jika jalanan kota Mamasa bagus yaitu banyak pemilik saham yang mau
berinvestasi di kota ini. Bahan-bahan rumah tangga mudah dicari dan kalaupun
ada, harganya tidak terlalu mahal seperti yang sekarang ini. Yang kedua salah
satu contoh jika jalanan Mamasa bagus adalah jaringan operator seluler semakin
bagus. Sebut saja TelkomShit atau IMTree yang ada sekarang hanya bisa digunakan
bagus pada waktu waktu tertentu.
Jaringan TelkomShit di Mamasa
hanya bisa digunakan SMS saja dan itupun sangat lambat terkirim. Jika anda mau
menelpon dengan jaringan ini, anda harus butuh kesabaran yang lebih untuk bisa
menembus nomor tujuan anda. Jaringan IMTree apalagi, operator yang satu ini
baru bisa digunakan baik ketika menjelang subuh. Bagi anda pemilik Blackbery
silahkan bangun subuh untuk bisa mengupdate status atau sekedar browsing
internet. Karena kalau sudah menjelang pagi sampai dengan malam hari anda tak bisa
berbuat apa apa dengan gadget mahal anda.
Internet? Apalagi untuk akses
yang satu ini. Saya mengira bahwa orang Mamasa lebih tertinggal dengan
kecamatan di kampung saya di pelosok Medan sana. Orang Mamasa pasti miskin
informasi dan jarang mengikuti perkembangan dari dunia luar. Di zaman se-modern
ini, internet sudah merupakan kebutuhan bukan lagi sesuatu lux yang hanya
dinikmati oleh orang berduit. Lihat saja kota ini kawan, warung internet saja
masih ada satu itu juga hanya digunakan untuk game online. Sungguh edukasi yang buruk.
Itu hanyalah sederet persoalan
kota Mamasa yang saya alami sebagai pendatang di kota ini. Saya menulis seperti
ini karena saya peduli dengan kota ini. Saya hanya merasa melihat sebuah ironi
yang terjadi di masyarakat. Seharusnya dengan umur 10 tahun Mamasa kini, mereka
sudah bisa berkembang dan tidak semakin tertinggal. Kalau saja saya bukan
ditempatkan menjadi pegawai BRI di kota Mamasa ini saya tidak akan menginjakkan
kaki lagi disini dan mungkin setiap pekerja akan menghindari penempatan di kota
ini karena kami disini seakan terisolasi.
Sebenarnya tulisan ini hanyalah
sebagian kecil dari kekecewaan para pendatang bahkan warga Mamasa sendiri. Tapi
semua itu diserahkan lagi kepada warga Mamasa. Apakah anda mau terus terpuruk
dalam keadaan seperti ini atau mau bangkit dan berbuatlah sesuatu untuk Mamasa
ini dan jangan hanya menunggu kontrak atau tender yang prosedurnya sangat lama
bahkan punya kepentingan untuk bisa memenangkannya. Mari kita semua sebagai
pemerhati kota Mamasa bersama-sama melawan mereka yang membuat anda yang sudah
terpuruk dan membuat anda semakin terpuruk. Lakukan mulai sekarang atau anda
akan menyesal dan terlambat menyesalinya.
Mamasa, April 21, 2013
Kantor
BRI Unit Mamasa
Hery
Pasaribu
3 komentar:
sy org mamasa yg sejak lahir tdk pernah tinggal menetap di mamasa, tapi saya sering bolak-balik makassar-mamasa.
jalanan di mamasa memang hancur sekali. dulu pernah bagus, tp rusak lagi karena kualitas bahannya yang tidak seberapa. persoalan ini selalu menjadi PR tiap tahun. saya juga kecewa. namun saya kira ada satu hal yang perlu diketahui. jalanan polewali-mamasa adalah jalan provinsi, yaitu jalan yang menghubungkan dua kabupaten dalam satu provinsi.
saya kira pemerintah mamasa sudah berupaya untuk menanganinya dengan APBD, tetapi mungkin kurang. yang menjadi masalah mungkin adalah kabupaten polman kurang bekerjasama karena mereka memang tidak punya kepentingan ke mamasa. kalaupun ada yang ke mamasa, pasti sangat sedikit. sedangkan orang mamasa banyak sekali yang keluar daerah, dan itu pasti melewati jalanan ke polman. jadi maksud saya, urusan jalan ini hanya satu pihak saja yang peduli, jadinya semakin susah.
tapi kembali lagi, ini adalah pendapat saya pribadi.
saya sendiri juga kecewa. entah kapan jalanan ke mamasa bisa mulus seperti jalanan ke toraja.
mungkin persoalan lain seperti korupsi juga turut ambil andil. karena sebagai kabupaten baru, masyarakat mamasa seakan kaget. ada yang tiba2 kaya dan yang lainnya tidak mau kalah bersaing memperebutkan kekuasaan.
saya prihatin sekali.
semoga mamasa menjadi lebih baik.
amin.
saya juga orang mamasa k'her...
sebenarnya yang salah bukan masyarakat yang tidak berfikir jernih memilih pemerintah yang tepat...tapi memang pemerintahnya sendiri yang tidak tau berfikir jernih..hanya memikirkan uang dan jabatan saja..bukan memikirkan kesejateraan kota mamasa....apala daya warga mamasa , pendidikan saja masih minim..jadi wajar kalau mereka sangat mudah di bohongi dengan janji palsu.....
tapi saya harap mamasa bisa menjadi kota berkembang bahkan maju nantinya.
benar-benar mamasa, saya pernah tugas disana dari 2008-2011, dan sepertinya semakin kesini kondisi infrastrukturnya semakin hancur.sungguh bersyukur saat ini saya dipindah tugaskan dari mamasa karena kondisi infrastruktur yang semakin hancur.
akan sangat mustahil mamasa menjadi berkembang dan maju dengan "pemaksaan" kota pariwisata sulbar jika infrastruktur, terutama jalan dan listrik tidak dibenahi.
diperlukan pemimpin yang bisa merasakan penderitaan rakyatnya.
buat pemimpin mamasa, coba sekali-kali jalan dr polewali ke mamasa menggunakan angkot panther,biar bisa merasakan parahnya jalan. jangan hanya ber-alphard atau fortuner.
salam
nawaytesnaa
Posting Komentar