Disaat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu,
maklumilah diriku. Disaat daku menumpahkan kuah sayuran dibajuku, disaat aku
tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu, ingatlah saat aku
mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya. Saat aku dengan pikunnya
mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu, bersabarlah mendengarkanku,
jangan memotong ucapanku. Dimasa kecilmu, aku harus mengulang dan mengulang
terus sebuah cerita yang telah saya ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai
dalam mimpi.
Disaat aku membutuhkanmu untuk memandikanku, janganlah
menyalahkanku. Ingatkah dimasa kecilmu bagaimana aku dengan berbagai cara
membujukmu untuk mandi?. Disaat aku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan
teknologi moderen, janganlah menertawaiku. Renungkanlah bagaimana aku dengan
sabarnya menjawab setiap “mengapa” yang engkau ajukan di saat itu.
Disaat kakiku terlalu lemah untuk berjalan, ulurkanlah
tanganmu yang kuat dan muda untuk memampahku. Bagaikan dimasa kecilmu aku
menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan. Saat aku melupakan topik
pembicaraan kita, berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya. Sebenarnya,
topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku. Asalkan engkau berada
disisiku untuk mendengarkanku, aku telah bahagia. Saat engkau melihat diriku
menua, janganlah bersedih. Maklumilah diriku, dukunglah aku bagaikan aku
terhadapmu disaat engkau mulai belajar tentang kehidupan.
Dulu, aku menuntunmu menpaki jalan kehidupan ini, kini
temanilah aku hingga akhir jalan hidupku. Berilah aku cinta kasih dan
kesabaranmu. Aku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur. Di dalam
senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu.
Pondokan
Sanggalangi
Minggu,
5 Juni 2011
0 komentar:
Posting Komentar